Ujang
-
Aku tidak bisa masuk ke rumahku.
Beberapa saat yang lalu, setelah lelah kabur dari rumah karena masalah biasanya, aku memutuskan untuk pulang. Aku kabur ketika matahari mulai terbenam dan mungkin ini sudah lebih dari pukul sembilan.
Melewati gerbang depan ke pekarangan, membuka pintu rumah dan berjalan masuk, menyadari aku kembali berada di pekarangan, menatap pintu tertutup.
Aku diam sebentar, melihat ke pekarangan di belakangku. Mungkin hanya khayalan atau deja vu, jadi aku coba lagi. Menekan kenop dan membuka pintu, berjalan masuk, dan berdiri di depan pintu tertutup. Bunyi jangkrik di rerumputan kiriku.
Aku menggedor pintu, sekeras mungkin. Paling tidak Bapakku akan dengar, dan jika ia masih peduli, akan membukakan pintu. Mungkin Kakakku yang akan mendengar, dan jika ia mau membelaku, akan membukakan pintu. Aku bisa menjelaskan soal keributan ini nantinya, biarlah jika mereka tambah benci aku.
Sudah kucoba pukul, tendang, atau dengan ketukan We Will Rock You. Lalu berhenti. Bunyi jangkrik di sebelah kiri.
Nihil harapan dari dalam rumah, balik badan berlari melewati gerbang depan. Gelap dan bunyi langkah di konblok, lalu sigap berhenti karena nyaris menabrak gerbang depan yang tertutup. Rerumputan di kanan gemersik dan bunyi jangkrik.
“Kenapa bingung, kenapa takut, kenapa berang? Sini gabung aku biar tenang”, kata Ujang, dari rerumputan.
Maka aku lompat ke rumput dan melata ke arahnya, mendongak ke arah bulan, melepas rumah, pekarangan, gerbang, dan berbunyi tenang.