Yohanes Bandung Bondowoso

Archives

This is the content of my previous blogs on Wordpress, and collective of my poems with the dates only by memory.
Most of them are in Indonesian.
Most of them I wrote in my naïve days.


Ditulis Saat Gua Bosan

- #indonesian #blog

Apakah kalian pernah merasakan kompor tidak seasik nesting?
Bata merah lebih bersih daripada sikat dan pasta gigi?
Menyerut dan mengolah sagu lebih memuaskan daripada masak nasi?
Melayang lebih unik daripada tidur?

Gua merasakan hal itu. Gua merasa bosan.

Koor Paroki Ratu Rosari
Koor Paroki Ratu Rosari  

Belum 12 jam yang lalu gua merasakan titik puncak pencapaian minggu ini. Hasil latihan musik selama hanya 2 minggu, ditampilkan dengan baik, lancar. Nikmat dirasakan para umat, wajah kami merah berseri, semua orang senang. Lalu pulang, makan, chatting, tidur, bangun, nongkrong, kosong. Bahkan pembukaan post ini hambar.


Gua pernah menyimpulkan, cara orangtua merawat anak—untuk mencapai anak yang dianggap sukses— adalah grafik lurus dalam bidang biaya dan usaha.
(a)Tinggi di awal, rendah di akhir.

(b)Lurus datar.

(c)Rendah di awal, tinggi di akhir.

(a) Orangtua yang memberi modal besar, atau talenta besar kepada anaknya sejak kecil, akan dengan mudah membimbing—atau membiarkan— si anak yang mulai dewasa untuk mencapai hidup sukses. Modal, entah itu susu berkualitas bagus, sekolah mutu tinggi, pendidikan moral-etika dalam rumah, stimulus pemikiran yang baik(dalam ideologi pilihan orang tua, ideologi si anak mungkin berubah), atau bisa dimulai sebelum anak itu lahir, dengan memilih pasangan dengan paras indah dan otak encer.

(b) Orangtua yang terus menerus memanjakan anaknya, akan terus mengeluarkan biaya besar sepanjang gendong ayunan si anak di pundak orangtua, dalam kasus ini, kemungkinan gendong itu bertahan seumur hidup. Grafik lurus, bukan berarti usaha yang dikeluarkan adalah tengah-tengah dari (a) dan (c), tapi bergantung dari modal awal (b). Orangtua yang memanjakan anaknya mengeluarkan modal awal besar? Pengeluaran dengan jumlah sama akan berlanjut.

(c) Orangtua yang pada awal pertumbuhan anak, abai dan tidak segera memberi modal yang baik, lalu si orangtua sadar dan berusaha membuat anaknya mencapai kesuksesan. Usaha yang dikeluarkan akan sangat besar, berkali lipat dari usaha awal orangtua.

Hasil akhir, mungkin usaha berhasil dan anak menjadi sukses, tentu dengan karakter yang berbeda-beda. Yang satu mandiri, yang lain manja, pemberontak. Aktif, pasif, introvert, ekstrovert, atletis, obesitas, atau hasil produk akhir yang berbeda-beda.

Menurut gua, cara (a) adalah yang terbaik, bisa kamu lihat, grafik rendah di akhir bukanlah tanda kemalasan orangtua, tetapi berkurangnya usaha yang diperlukan orangtua untuk mengurus anak. Anak mengurus dirinya sendiri.

Tentu saja anak yang merasa bosan dengan modal yang dicurahkan orangtuanya bisa jadi keluar dari gaya hidup tersebut, dan membuat hidupnya sendiri dan jalannya menuju sukses. Ada juga anak berbakat, yang dengan mudah menuju kesuksesan bagaimanapun cara orangtua mendidiknya. Hal yang lupa gua tambahkan, tolak ukur sukses akan berbeda bagi orang-orang, tapi secara general, sukses adalah hidup bahagia.


Beberapa teman gua terus menanyakan gaya hidup yang gua lakukan, berusaha mencari faktor-x gua bisa menjadi (menurut mereka) tinggi, cepat tanggap, ataupun aktif, atau hal lain yang tidak mereka miliki tapi gua miliki. Merespon hal tersebut, gua menceritakan gaya hidup gua yang biasa saja, sambil berpikir, padahal ada hal yang tidak gua miliki tapi mereka miliki.

Untuk masalah postur tubuh, gua tau genetik berperan besar dalam tinggi, berat badan atau massa otot yang gua miliki. Untuk kemampuan otak dan skill, gua yakin hal tersebut didapat dari hasil gua menekuni hobi. Hobi gua, membaca, mengulik lagu, menggambar, lari, seni. Beberapa hobi gua tekuni dengan sangat, sehingga skill gua dapat dengan cara menyenangkan, sedangkan imitator gua, dengan suntuk dan lelahnya, menjalani kegiatan untuk meraih hal yang gua miliki.

Gua sendiri, dengan suntuknya, menjalani kegiatan olahraga beregu, atau berkomunikasi dengan baik. Karena hal tersebut bukan gairah gua, tapi gua sadar hal tersebut harus dilakukan karena pencapaiannya akan berguna bagi kelangsungan hidup gua. Terutama berbicara dengan baik.


Gua mengenal band efek rumah kaca sejak lama, mungkin 2008, masa awal gua menjelajah saluran radio FM. Dimulai dengan “Jatuh Cinta itu Biasa Saja” “Debu-debu Berterbangan” dan “Kenakalan Remaja di Era Informatika”.

Sekarang, Sinestesia menjadi suara latar dalam pembuatan post ini. Biar bagaimanapun, “Putih” tetap menjadi lagu favorit dalam album tersebut. Mungkin karena lagu ini merupakan single yang pertama gua dengar dari calon album Sinestesia. Mungkin karena tema kematian yang menjadi intro lagu, dan digarap dengan apik, gelap, mistis.

Tema kematian dalam seni memiliki tempat sendiri dalam hal keseleraan gua. Dalam lagu yang sebelumnya dibahas—“Putih”, video klip lagu “November Rain”, film “Bridge to Terabithia” dan “Lion King”. Tema tersebut gua tafsir sebagai permulaan dalam menjalani hidup. Hal itu tidak berhubungan dengan budaya reinkarnasi, atau takut dalam menghadapi kematian. Tema kematian menjadi pendorong agar gua bisa melampaui keterbatasan yang gua miliki saat itu. Keterbatasan dalam hal kepunyaan, contohnya skill, cara pikir, harta, apapun. Menjadi semacam penyemangat. Orang lain mengartikan hal tersebut sebagai “lakukanlah sebaik mungkin selagi kematian menjelang”.


Sinestesia sudah tak lagi didendangkan dvd player, dan gua rasa kebosanan gua mulai berkurang sedikit. Saat ini hari Kamis, 5 Mei 2016 jam 23:28, dan gua sedang tidak dalam mood untuk nongkrong, nonton, maupun makan. Gua harus mencari kesibukan yang berguna, karena hari Jumat menjelang.

Dengan sangat, gua berharap kalian tidak merasa bosan.
Sampai Jumpa. До Свидания.


Bangkit

- #indonesian #blog

Hola!
Lama tak jumpa!
Apa kabar kalian?
Baik baik saja kan?

Lebih dari satu bulan lewat sudah sejak gua dan teman-teman kantor berpisah. Gua yang baru terbiasa dengan budaya ngantor pulang pergi mengikuti arus.

Sebenernya gua ketik kata ‘Hola!’ di atas tanpa tahu topik apa yang akan dibahas di post ini, tapi setelah paragraf kedua, gua dapet ide. Kenapa kita–entah hanya orang Indonesia atau non Indonesia juga demikian– terbiasa mengatakan kebalikan daripada praktiknya?
Gak paham maksud gua? Coba lihat ini, pulang-pergi. Nangkep maksudnya?

Kita mengatakan pulang pergi, selagi nyatanya kita melakukan pergi, diikuti kegiatan pulang. Tidak akan ada kegiatan pulang tanpa adanya kepergian. Juga, gua pikir, kata pulang tidak akan tercipta tanpa ada orang yang berani mengangkat pantat malasnya meninggalkan zona nyaman bernama sofa, di sebelah perapian rumahnya menuju semesta tak terjelajah di luar gerbang desa.

Hal tersebut(pengucapan terbalik) juga benar adanya dengan kurang-lebih, dan datang-tak-dijemput-pulang-tak-diantar. Tanda kurang lebih adalah tanda plus di atas tanda minus, tapi orang mengucapkannya tidak sesuai hirarki, mereka ucapkan dari bawah ke atas. Hal ini bisa jadi tanda pemberontakan kaum bawah terhadap atasannya. Contoh terakhir malah lebih aneh, karena orang yang datang berkunjung, adalah diantar dari rumahnya, dan pulang menunggu jemputan. Jika gua telaah, hal ini mungkin berhubungan dengan kebiasaan manusia yang mengatakan tidak sesuai kenyataan, pembohong. Mungkin hal ini sepele, tapi seperti kata ibu, kebiasaan buruk di rumah akan terbawa ke luar, maka sikap jelek kita akan terbawa dalam ucapan.

Dewasa ini, banyak orang yang mulai mengoreksi ucapan mereka dan mengatakan lebih-kurang atau pergi-pulang. Gua pikir ini adalah tanda kesadaran orang akan kesalahan dan sikap buruk mereka selama ini. Tapi, apakah tindakan mengoreksi ucapan ini adalah hal positif, yaitu orang sadar akan kesalahannya dan diperbaiki, atau negatif, orang yang sadar menutupi kesalahan mereka selagi tetap berhati korup? Apakah ini tanda bahwa orang semakin canggih dalam memutarbalikkan fakta dan menutup-tutupinya, bermain aman selagi uang kotor tetap mengalir ke rekening? Gua berharap yang terbaik.

Hal yang tetap aneh, adalah tidak ada yang mengoreksi menjadi datang-tak-diantar-pulang-tak-dijemput. Frase tersebut berhubungan dengan hal mistis, yakni permainan Jelangkung. Gua pikir, hal tersebut adalah tanda bahwa orang tidak bisa lepas dari takhayul, dan bermain aman dengan tidak mengusik hal mistis yang sudah menjadi kebiasaan. Bahkan para pemberontak dan para pembohong takut mengusik mantra jelangkung. Bahkan penjahat takut hantu.

Penutup, gua himbau kalian tetap hidup baik, dan apa adanya.
Karena bersikap jahat merugikan kita.
Semoga kalian paham.
Salam.


Kamar Gelap

- #indonesian #poem #picture

title=
 

Bersender dinding, lampu mati,
Kamar gelap berkata begini:

Kamu protes soal pengunduran jam konser,
Saat kalian hadir rapat terlambat.

Kamu melabrak junior yang tak hormat,
Ingat ulang caramu bicara pada orangtua.

Kamu bilang asap rokok mengganggu,
Bunyi makan mengecapmu lebih mengganggu.

Kamu bersikeras duduk nyaman,
Padahal nenek itu lebih membutuhkan.

Kamu menghapus post instagram,
Tapi mencibir orang yang bersikap sopan.

Kamu menggugat kecurangan,
Katakanlah, apakah mencontek bukan kecurangan?

Kamu bilang, aku hanya menyindir, tanpa solusi,
Ya, memang, aku sindir diriku.


Cara Menasehati si Busuk

- #indonesian #blog

Tokoh:
Bapak (Bp) si Kepala Keluarga
Bangsat (Ba) si Anak Pertama
Biadab (Bi) si Anak Kedua
Busuk (Bu) si Anak Ketiga


Alkisah dalam sebuah keluarga dengan 3 anak. Anak bungsu, Busuk, memiliki hobi bermain game dan kebiasaan membanting benda jika ia kalah dalam permainannya.

Skenario 1
Busuk meminjam telepon seluler Bapak untuk bermain game, tak lama, Busuk kalah dalam permainan, dan dalam emosinya, membanting telepon Bapaknya.

Bp : Hey, Busuk! Lihat apa yang kau lakukan!
Bu : Maaf pak, busuk tidak sengaja.
Bp : Kamu membanting hape bapak hingga layarnya pecah, dan kamu bilang itu tidak disengaja?!
Bu : Tadi aku kalah saat bermain game, tiba-tiba aku emosi dan tida—
JTAK (Bapak menjitak Busuk)
Bp : Kamu tidak pernah berubah! Sini, kemarikan handphone Bapak!

Skenario 2
Anak sulung, si Bangsat, biasa dipanggil Bang, memiliki gaming computer yang canggih. Suatu saat, Busuk bermain game di komputer dan saat ia kalah dalam permainan, ia menggebrak keyboard hingga tombolnya berantakan.

Ba : … (kaget melihat kondisi barangnya yang rusak)
Bu : Maaf Bang! Bang, maaf ya bang Bangsat… Maaf, aku tidak seng—
DZIG (Bangsat memukul Busuk, lalu pergi meminggalkan Busuk yang terkapar)

Skenario 3
Biadab, biasa dipanggil mas Dab, punya PS3. Suatu saat, Biadab dan Busuk bermain game bola, dan Busuk kalah. Biasa, Busuk reflek membanting perangkat pengendali yang ia pegang dalam emosinya.
Bi : Hey, Busuk! Kenapa kau lakukan itu?
Bu : Hah, maaf mas Dab! (Busuk menutup wajah dan kepalanya, siaga akan serangan dari kakaknya)
Bi : Sudah, tidak perlu takut begitu. Sebenarnya aku, Bapak dan aBang tidak mempermasalahkan benda yang kamu rusak. Benda rusak mudah diganti atau diperbaiki agar bisa dipakai lagi.
Yang kami permasalahkan adalah jika kepribadianmu rusak, Suk. Kamu menjalani hidup dengan sikapmu yang emosian begitu sama seperti kamu bermain game bola dengan joystick yang telah kamu banting ini. Dengan joystick normal aja kamu kalah, apalagi dengan joystick rusak? Pasti kalah kuadrat!
Mulai sekarang tolong kamu perbaiki sikap burukmu itu. Hidup ini penuh resiko dan gamparan, tetapi tanpa sikapmu itu, resiko tersebut dapat dihindari. Ya?
Bu : Iya, iya mas Dab, terima kasih telah memberi tahu aku. Aku akan berusaha menghilangkan kebiasaan Buruk Busuk. Terima kasih karena tidak memukulku. Mas Biadab paling bijak deh!
Bi : Tapi kamu tidak akan mudah jera jika tidak disakiti! Haha! Nih!
JWIT (Biadab mencubit Busuk secara bercanda, walaupun busuk tetap teriak kesakitan)


Menurut kabar burung, bekas cubitan Biadab meninggalkan memar kebiruan hingga hari tua si Busuk. Sekian, terima kasih.


Kisah Perjalanan Tanpa Rencana

- #indonesian #blog

27 Februari
16.48 —

Temen gua mengirim poster event urbanGiGs, dengan caption ‘pindah ke bandung yuuk’. Kami memang sering nonton konser bareng, dan beberapa saat lalu baru Barasuara. Chat itu memang bernada canda, karena tidak mungkin dia pergi ke Bandung.

Kebetulan, gua baru selesai ngerjain project di kantor, lagi main hape dan melihat poster itu, “ooh, Barasuara, seru nih” “Anjing! ada FLOAT!” yap, pikiran spontan yang muncul ketika melihat band favorit gua itu tampil, dan gua melewatkan kesempatan menonton mereka 2 bulan lalu.

17.27 —
Lewat sudah 39 menit dengan gua mencari-cari cara bisa ke Bandung untuk menghadiri event itu; berkoar di grup minta tebengan, memperhitungkan tarif Bus atau Kereta hingga alternatif pesawat! “Gua harus cabut ke Bandung malem ini biar besok tinggal jalan kaki 8km dari stasiun Bandung ke tempat event!”

19.30 —
Posisi gua di Bro.do Kemang, fyi itu toko sepatu. Jadi, dalam 2 jam ke belakang, setelah gua pasrah tidak mendapat tiket keberangkatan ke Bandung untuk malam ini, akhirnya berjalan dengan lesu ke parkiran sepeda hendak pulang.
Tiba-tiba tante gua mengajak untuk ketemuan di Pejaten Village, mengajak makan bareng dia dan anaknya yang saat itu sedang les menyanyi di Yamaha. Biasanya rute gua untuk pulang dari kantor di Gandaria8 adalah Radio Dalam > Antasari > Jeruk Purut > Ampera > Cilandak, berhubung perjalanan gua berubah menuju Penvil, bertanyalah gua ke orang sekitar ‘pilar flyover 19’ mengenai jalan tikus ke sana.
Ternyata, jalan tikus itu mengarah ke Jalan Kemang 8, iya sih, emang bisa ke Penvil juga, tapi syiiiiit the traffic man! Well, kebetulan gua melewati toko Bro.do, sempat lah, mampir sebentar melihat katalog. Akhirnya gua ga beli apapun, dan lanjut gowes ke Penvil.

21.22 —
Bersama tante dan anaknya(berarti dia sodara gua, kan?) makan di toko bakso di lantai puncak Penvil, setelah tante gua menceritakan kisahnya ‘gagal ke Bandung’, gua kembali berniat pergi menonton konser di Bandung itu.

27 Februari
00.12—

Masih sibuk mencari cara menuju Bandung, sudah menanyakan tarif dan cara memesan kereta ke teman, dan memutuskan kereta pukul 9 pagi dari Gambir adalah yang terbaik.
Bapak gua tiba-tiba masuk kamar, minta dipijat.
Dari sesi pijat—yang jelas tidak plusplus— itu, gua mendapat alternatif baru menuju Bandung dari bokap: Bis dari Lenteng. Hmm, menarik, tapi ia menutup pembicaraan—dan sesi pijat itu dengan berita lain: besok abang gua yang udah nikah mau main ke rumah bareng istri dan anaknya.

“Oke, dipikir dulu deh pak jadinya ntar gimana”

12.37 —
Akhirnya, gua di WM, tempat nongkrong gua, mengetik post ini di hape. Yap, gua gagal dalam rencana menghadiri performa Float, Barasuara(dan band lain yang gak terlalu gua pikirin) di Bandung. Gak apa apa, setidaknya di sini gua masih bisa memutar lagu mereka dari hape. Tetep aja, masih galau atas absennya gua di event itu. Nih posternya btw:

Poster UrbanGiGs jadul
Poster UrbanGiGs jadul  

Sisi positifnya, gua gak jadi memakai ~Rp 300ribu tabungan gua untuk perjalanan, dan yang pasti, gua bisa ketemu abang, ipar, dan keponakan gua yang saat ini masih bayi lucu lucu.


Agar post curhat ini lebih bermakna, gua tambahkan pesan moral:
Hidup perlu rencana, tapi yang spontan lebih berkesan. Jangan bayar kredit, mending kontan. Karena Roro Jongrang mengakali Bandung Bondowoso, perempuan itu berubah jadi batu. Tumang adalah bapak kandung Sangkuriang, dan alasan orang Indonesia yang tidak akan kenyang tanpa makan nasi sulit diterima nalar gua.

Selamat siang, semoga akhir minggu kalian menyenangkan.


Mengenai Penampilan Kerja

- #indonesian #blog

Kaya biasa, tiap rabu gua naik kereta ke kantor biar kaki-kaki tercinta ini bisa istirahat. Biasanya gua naik sepeda.

Sambil ngopi di smoking area, gua merhatiin perbedaan mencolok dari orang yang kerja di lantai 20(gua) dan 32, dengan yang kerja di lantai 33, 35.
Kami, pekerja industri kreatif memakai pakaian kasual yang beragam gaya, sedangkan mereka pekerja ‘kantoran’ berpakaian formal monoton.

Jenis sepatu juga, pilihan sepatu kami beragam dari sneakers, loafers, slippers, boots, oxford bahkan flip-flop(swallow!), sedangkan mereka terbatas pada oxford dan pantofel. Gaya rambut juga.

Alasan rasional adalah perusahaan mereka mewajibkan penampilan monoton. Awalnya gua pikir peraturan mengenai penampilan adalah kaku, tapi setelah gua pikir, berpenampilan kaku malah meningkatkan performa kerja. Dan berpakaian kasual—bebas juga memberi dampak positif bagi proses kreatif

[1] Gua pernah baca, tentang Obama dan Mark Zuckerberg yang selalu memakai pakaian dengan gaya sama, yang satu formal, lainnya kasual. Keduanya orang penting dengan berbagai decision making(pengambilan keputusan) dalam pekerjaannya. Menurut mereka, keharusan memilih pakaian(dan jenis sarapan) di pagi hari adalah beban.
Nah, dari situ gua simpulin, dengan penampilan yang selalu sama, seorang pekerja gak perlu pusing mikirin ‘apa baju gua enak diliat? rambut gua terlalu ngejengkrak gak? apa sepatu gua gapantes dipadu-padankan ke celana gua?’. Dengan demikian performa kerja gabakal kepengaruh kegelisahan akan penampilan mereka. Juga, mengurangi decision making yang dilakukan per harinya.

[2] Absennya peraturan mengenai penampilan malah menuntut proses kreatif para pekerja industri kreatif terus bekerja. Mereka harus bisa menggabungkan style rambut-baju-celana-sepatu biar enak dilihat. Mungkin secara gak langsung mengasah kerja otak juga. Mereka juga diharuskab mencari informasi mengenai tren terkini, memengaruhi cara kerja yang harus up-to-date.

Nah, jadi, apa lu mau makan nasi goreng atau salad sebagai sarapan? Kalo aku mah yes. Kopi cukup kok.

Udah ah, gua mau naik(ke kantor) jam segini lift pasti antriannya banyak. Ciao!


Plastik, Sepele kan?

- #indonesian #blog

Hola! Buruan jawab: lu milih ditiban besi 100kg, atau kapas 100kg?

Tadi gua baru baca koran Kompas minggu lalu, liat iklan hape, terus langsung ngamen di lapo biar dapet uang buat beli Galaxy Note 5 yang harganya gak masuk akal. Harga segitu gua gamampu, apalagi iPhone 6? Untuk saat ini cuma bisa menggapai-gapai dari kejauhan untuk benda mewah itu. Tapi pas iPhone 10 keluar, gua udah bisa ngeborong kok, tenang aja.

Serius, di koran ada berita: plastik kresek(dinamain dari bunyinya) bakal dicatok tarif minimal Rp 200 di kota tertentu, lebih murah daripada di Balikpapan harganya cenggo(tadinya malah goceng).

Picture of Vin Diesel meme in Indonesian
Picture of Vin Diesel meme in Indonesian  

(Di sini gua akan mengandaikan jika harga plastik yang dicatok retailer sama kaya di Balikpapan, Rp 1500) Mengingat mental orang normal yang protes bensin—jelas bermanfaat buat pacaran, nongkrong, bikin areng pas bakar ayam— sempet naik jadi Rp 9000, gimana kalo benda sepele yang biasa dikasih gratis—kadang malah diminta dobel— dikasih harga? Kebayang gimana reaksi orang yang biasanya cuma beli Royco 2 sachet aja pake minta diplastikin.

“Sampo laifboy 3 dong bang”
“Nih bu, ja—”
“Plastikin dong!”
“Oh iya… Nih bu, jadi tiga rebu”
“Hah?!” langsung dilariin ke rumah sakit karena zuppa soup yang tadi dimakan doi di nikahan temen sodaranya udah basi

Logika orang normal, plastik kresek itu sepele. Ringan, tipis, bisa dibuntel jadi kecil. Semua orang dengan mudahnya ngebuang sampah plastik ke jalan, pikirnya gak bakal banyak pengaruh ke lingkungan. Oke, kalo di suatu daerah cuma satu—dua yang berpikir gitu, emang gak berpengaruh banyak. Masalahnya, cara pikir demikian diterapkan oleh banyak orang. Berarti yang membuang sampah plastik ke jalan raya adalah banyak orang itu. Efeknya(yang gua tau dari koran), adalah setiap harinya, sampah plastik di Balikpapan mencapai 60 ton! GILA! Sama dengan berat Tyranosaurus Rex dikali dua belas!

Sekarang anggaplah berat sampah plastik di kota kalian sama dengan di Balikpapan, atau mungkin lebih berat lagi. Miris kan? Benda yang kalian anggap sepele dan ringan ternyata menyumbang banyak banget sampah.
Ngomongin ‘berat’, kalian lebih milih mana? Milih ditiban besi 100 kg atau kapas 100 kg?
Gua sih, milih kamu yang sering menemani aku beli buku~

Btw, gaada pilihan yang lebih benar, soalnya belom pernah ada yang praktekkin hal itu. Gua sih berharap kalian mengurangi sampah plastik yang mungkin sering kalian buang, gimanapun caranya. Beli rokok di alfa gausah diplastikin lah, tenteng aja pake tangan. Kalo si kasir terlanjur masukkin belanjaan kalian ke plastik, tolak aja baik-baik.

Udah ah, selamat malam! Jangan lupa cari jodoh! Penampilan dan sifatnya si doi gak penting, yang penting seiman ya!

Update:
Barusan gua ke Lotte Mart, udah ada pengumuman ini:

picture of plastic prohibition sign in Indonesian
picture of plastic prohibition sign in Indonesian  

Lalu, seorang pembeli yang antri di depan gua kaget, setelah si kasir ngasih tau kebijakan baru itu. HAHA! Rasakan kau, konsumen primitif!


Naik Tinggi

- #indonesian #poem #picture

Illustrated by Degi Bintoro
Illustrated by Degi Bintoro  

Saat hidup tak lagi berarti
Mikir, “mending mati!”
Carilah tahi,
yang ditumbuhi
Fungi—

Ambil!
Goreng!
Rebus!
Oseng!

Pake teri
Nikmati
Sensasi
Naik tinggi
Terbang tinggi
Ogah kembali

Terinspirasi dari doodle yang dibubuhkan Degi Bintoro di binder gua


Konsumtif, Obesitas

- #indonesian #blog

Hola! Malam ini, gua pergi ke IndoMidi buat beli roti, dan gua baru sadar jenis roti yang lebih lembut, harum dengan sedikit aroma margarin dari merk apapun mengandung 50% lebih banyak kalori dan dua kali lemak per porsi dari roti tawar biasa. Hmm, perlu dipertimbangkan nih, untuk Bapak Sudirman Said(FYI, doi adalah Menteri Energi dan SDMineral kabinet Kerja, berhubung makanan adalah energi tubuh kita).

Sehubungan dengan IndoMidi, gua masih kontra dengan raibnya minuman beralkohol dari minimarket terdekat. Menurut gua, konsumsi alkohol saat nongkrong dan pacaran di malem minggu bisa meningkatkan lahirnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas(dengan drawback, lebih banyak lagi yang tidak berkualitas! HAHAHA!).

Alkohol juga membantu melepas stress-pekerjaan bagi karyawan yang suntuk (atau menyebabkan kerusuhan jika para kuli yang mabuk berkelahi! HAHAHA!). Oke, paragraf ini kontennya negatif dan gak pantes dibaca anak batita[baca: bayi tiga tahun].

Serius sekarang, sehubungan dengan kunjungan gua ke IndoMidi, gua menyadari gencarnya toko-toko—apapun, kelontong, pakaian, serba ada, bahkan restoran— melakukan promosi. Potongan harga, bonus barang, atau undian:

##1. Beli sepasang sepatu dan dapatkan discount 30% pada pembelian sepasang berikutnya!#

Ini merugikan, terutama untuk orangtua yang sempat janji membelikan anaknya sepasang sepatu jika nilai Ujian di atas rata-rata tanpa mencontek(yailah! standar belajarnya rendah banget!). Di toko sepatu, anaknya yang terbiasa dimanjakan akan merengek/menghasut agar ia dibelikan sepasang lagi, bonus. “Ayolah papaa, beli sepasang lagi lebih murah kook, jadinya cuma Rp 1,4 juta DOANG”. Apakah lebih untung? Tidak!

Dengan pembelian sepasang lagi, biaya bulanan orangtua untuk deterjen pencuci sepatu akan meningkat sedikit, wadah sepatu terasa lebih sempit, dan dibandingkan rencana awal akan bertambah pengeluaran duit!

##2. Beli 4 Fitbar, gratis 1 Bimoli!#

Agar judul post ini sesuai konten, gua cantumkan poin ini. Seorang remaja beli Fitbar(dengan jargon kurang lebih: makan tanpa takut gemuk!) untuk mengganti porsi nasi sehari-harinya, dengan niat baik mengurangi berat badan. Bonus minyak goreng yang ia terima saat membeli 12 Fitbar membuatnya lebih banyak mengonsumsi gorengan dari normal, membuat ia naik berat badan 9 kilogram! Hati-hati dengan bonus!

##3. Beli 2 porsi Pizza, lebih murah per porsinya!#

Kasus ini mungkin terjadi saat seorang pemuda yang lapar saat istirahat kantor memesan seporsi pizza untuk makan siangnya. Ia tergoda akan promosi tersebut, dan memesan 2 porsi pizza. Kesalahan fatal. Setengah porsi saja sudah membuat kenyang, dan melebihi kalori yang dibutuhkan tubuh untuk seharian! Apa yang harus ia lakukan dengan satu-setengah porsi sisanya? Dimakan? Awasi berat badanmu bung! Dibawa pulang? Akan terbengkalai di kulkas lalu membusuk, sangat sia-sia!

Sebenarnya saya punya solusi positif untuk poin ini, yaitu dibawa ke kantor untuk dibagikan ke teman satu divisi dan divisi sebelah. Solusi tersebut sangat baik untuk mempererat hubungan dan ukuran celana mereka! HAHA!

##4. Beli paket internet 6 GigaByte 24 jam sinyal bagus hanya Rp. 100ribu !#

Poin ini sangat fatal, karena tidak pernah ada! Sial, kalo ada paket murah kaya gini, please kasitau gua yak!

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, post ini jangan terlalu diambil hati, karena uang hasil kerja kita adalah penghargaan yang boleh digunakan untuk apapun. Belilah sepatu mahal itu karena bisa menaikkan kepercayaan diri dan harga diri kalian di mata teman kuliah, ambil saja bonus minyak goreng itu dan berikan ke ibu kalian karena hal kecil tersebut sangat membantunya, makan saja Pizza itu karena Pizza sangat enak!

Syalom. Btw, besok gua mau berangkat pagi ah, iseng.


Kenalan Yuk!

- #indonesian #blog

Hola!

Selamat datang di sini, blog yang dibuat untuk menampung segala bentuk tulisan yang pernah —dan akan— gua bikin.

By the way, pagi ini gua di pantry lagi bikin kopi, setelah ngebuka bungkus ABC Susu, gua tuang isinya ke tong sampah, dan bungkusnya ke gelas. Penyesalan terasa sampai sekarang.

Gua punya kebiasaan yang berbahaya, yaitu bengong, melamun, bisa menyebabkan kesambet atau bahasa tenarnya kesusupan kesurupan.

Pas bengong, imajinasi gua bisa membangun gedung, meresmikan agama baru, menulis buku filsafat atau lirik lagu dan lakon teater. Liar, dan seperti opini individu pada umumnya, akan ada pihak lain yang pro dan kontra. Jadi tl;dr untuk blog ini, kalo lu gak bisa membuka pikiran lu sedikit untuk menerima tulisan yang (sangat terkadang) menyinggung, well, maaf. Tapi lu bisa komentar di post saya untuk memperbaiki jalan pikir saya kacau saya ini kok, terima kasih sebelumnya. Selama beberapa hari ke depan, gua akan merilis tulisan yang pernah gua tulis di komputer atau telepon selular untuk mengisi populasi post di blog ini.

Sore ini, pukul 5.55pm berarti 5 menit sebelum waktu pulang resmi dari kantor. Nyatanya gua akan pulang sekitar jam 7, setelah kongkow di smoking area bareng temen(karena kita makhluk sosial). Dilanjutkan ganti baju, karena gua naik sepeda ke kantor, lalu perjalanan pulang satu jam.

Tepat saat ini, gua lagi bikin post perkenalan ini, sambil ngedengerin soundtrack dari serial TV “Dexter”, gua sangat merekomendasikan serial itu. Lalu dalam beberapa menit kemudian, gua akan merilis post ini, menulis laporan kerja harian, dan menunaikan kegiatan yang udah dijelasin di paragraf sebelumnya.

Selamat malam kekasih, mimpi indah malam ini.